Kamis, 14 Mei 2020

Kesetaraan Gender: Ladies First, Gentlemen Later


Kesetaraan Gender:
Ladies First, Gentlemen Later

 Farikha Amilahaq


Tujuan ke-5 dari Agenda Internasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) ialah terkait Kesetaraan Gender. Ini mengusik pikiran saya sementara beberapa waktu lalu kami tim volunteer event I-YEV Camp menerima perlakuan yang berbeda dari para pemuda yang berbaik hati berbagi Duplak dengan kami menuju ke tempat-tempat yang harus disurvey.

Duplak yang merupakan mobil hibah Dinas Pariwisata Kabupaten Pekalongan ini disebut Anggun Paris, berbentuk seperti pick up yang dimodifikasi supaya aman dinaiki manusia. Yakni dengan dipasangi kerangka di atasnya dan dilapisi terpal supaya tetap teduh dari panas dan kering dari hujan. Meski demikian cara naiknya tetap sama seperti jika naik pick up, dan pemuda-pemuda yang baru kami temui tersebut mempersilakan kami naik dengan sebelumnya membukakan tutup belakang supaya kami lebih mudah naik. Setelah kami keenam gadis naik, mereka tutup belakang dan barulah mereka naik. Itu satu.


Saya rasa itu sudah lewat tengah malam ketika kami sampai di lokasi perkemahan Karang Srity. Ke tempat itu tidak termasuk dalam rencana awal, akan tetapi sepertinya seru jika bisa pindah tidur dari kamar jadi di dalam tenda dan lebih menikmati karya Allah SWT. kami hendak membantu teman-teman baru kami tersebut untuk mendirikan tenda, tapi kata mereka biar mereka saja. Dua.

Halus sih cara mereka menyampaikan. Tapi terbesit dalam pikiran saya apakah mereka khawatir jika aset mereka rusak. Tenda doom kan harganya lumayan, dan jika ada beberapa part yang rusak akan jadi susah dipakai kedepannya kan. Di sisi lain saya juga ingin menunjukkan bahwa saya pun bisa kok mendirikan tenda, meski sudah hampir empat tahun saya tidak berkemah.

Kemudian kami semua duduk melingkari api unggun, disuguhi cemilan-cemilan yang lezat. Ya Allah... niat awal hanya mau pindah tidur kenapa jadinya kami mengambil sebagian jatah makan mereka ya (merasa tidak enak sambil terus menghabiskan cemilan – yaelah....). Kemudian mereka menyiapkan makan besar yang sebelumnya mereka beli, ditaruh di atas daun pisang dan disusun rapi. Saya ingin menghitung ini Tiga karena mereka yang menyiapkan makanan, tapi di awal kami memang tidak mengira akan diajak makan bersama, pada pukul dua dini hari! Em, penjelasan makan pukul dua pagi bukan hal yang penting sih..



Esok hari, kami tidak tahu jadwal mereka untuk pergi dari tempat kemah jam berapa dan saya pribadi merasa sangat tidak enak membuat mereka menunggu karena kami para gadis bangun sangat siang, asik foto-foto sendiri, dan sebagainya.

Ketika membongkar tenda pun mereka berusaha meyakinkan biar mereka saja yang melakukannya, dan saya masih tidak yakin ini supaya tidak ada pasak bumi yang hilang atau stick kerangka tenda yang patah, atau karena mereka memang berusaha untuk bersikap gentle? Diskriminasi gender. Dalam maksud yang positif sih.. Empat pokoknya.

Kemudian ketika kami para gadis jadi bingung sendiri mau bantu apa, akhirnya kami asik foto-foto lagi. Padahal bisa saja kami bantu mengumpulkan sampah-sampah dapur kami dan membuangnya ke tempat yang tepat. Well maafkan kami yang tidak peka. Tetapi juga tidak ada “komando” untuk siapa melakukan apa. Seolah mereka, pemuda-pemuda itu, sudah tahu harus melakukan apa tanpa dikomando, mereka sudah sangat dekat sehingga sudah peka tanpa harus mengatakannya dengan gamblang. Atau mereka saling mengingatkan dengan suara pelan sehingga kami tidak tahu apa yang masih belum selesai. Entah. Yang pasti setiap kami hendak naik ataupun turun dari duplak, selalu.... mereka harus membuka-tutup pagar belakang pick up. Sementara jika mereka yang turun tinggal lompat saja. Lima, enam, tujuh, banyak lah....

Padahal Grow to Give adalah organisasi nirlaba yang mengusung beberapa isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di mana salah satu isu yang kami suarakan ialah tujuan ke-5 yakni tentang Kesetaraan Gender (dan Memberdayakan Kaum Perempuan). Tapi kami seringkali menerima perlakuan dibedakan selama survey ini.

Grow to Give memang bertujuan salah satunya adalah untuk memberdayakan perempuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan. Yakni dengan mengoptimalkan penjualan hasil tani aren dengan mendirikan koperasi bersama yang bertugas menjual produk jadi gula semut, gula aren, serta kopi. Juga memberikan pelatihan-pelatihan setiap bulan terutama kepada pemuda-pemuda. Karena Grow to Give percaya; untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, meminimalisir diskriminasi gender, serta agar alam Petungkriyono yang indah tetap lestari dan terjaga, maka harus mengoptimalkan kemampuan finansial warga desa.

Sementara untuk isu kesetaraan gender terkait kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan kepada perempuan, alhamdulillah saya belum pernah mendengarnya di Petungkriyono.

Poin ini yang sebenarnya memiliki hubungan erat dengan perilaku khusus yang kami para gadis terima dari kawan-kawan baru pemuda Pekalongan tempo hari. Di sini saya pribadi mencoba memahami bahwa kesetaraan gender tidak harus itu artinya laki-laki naik pohon aren, maka perempuan juga harus ikut naik pohon aren.

Secara psikologi perempuan dan laki-laki memiliki kecenderungan yang berbeda. Harga diri laki-laki terletak pada bagaimana mereka mampu menaungi, menjadi pemimpin, dan bertanggungjawab. Sementara hati perempuan ada dimana mereka diperlakukan secara baik. Di sisi lain kita tahu perempuan bekerja dengan jauh lebih cekatan karena kemampuannya melakukan banyak hal dalam satu waktu, membuat mereka juga terbiasa mengambil keputusan-keputusan sederhana dengan cepat, dan menjadi gemas ketika harus menunggu tindakan dari para laki-laki yang terkenal lama dalam bertindak karena kelamaan berpikir. Lebih tepatnya mempertimbangkan lebih banyak hal sih...

Tapi hei, di revolusi industri 4.0. ini kita memang tidak bisa diam terlalu lama, atau kita akan semakin tertinggal. Bahwa masih ada banyak hal yang harus kita lakukan, dan waktu menjadi sangat berharga, dan bertindak cepat adalah solusi. Tak khayal banyak wanita akhirnya turun tangan untuk ikut mencari pendapatan, ikut turun tangan untuk mencari solusi atas beberapa masalah, ikut menyampaikan suara-suara kritis mereka, dan sebagainya.

Saya juga pernah mengalami peristiwa “menunggu” dalam organisasi lain yang dulu saya ikuti.

Tidak ada waktu berleha-leha, memangnya sedang memancing? Kami sedang berkemah dan harus segera mendirikan tenda untuk siap dengan kegiatan selanjutnya. Maka kami yang perempuan lebih cekatan mengambil kerangka tenda doom dan segera memasang semua bagiannya. Mengambil perlengkapan ini dan itu, ikut membawa-bawa beban berat yang harusnya dibawa oleh tim yang laki-laki saja, dan berjalan lebih cepat dari mereka. Niat saya sebenarnya untuk memotivasi teman-teman laki-laki supaya bekerja lebih cepat dan lebih cekatan daripada kami anak-anak perempuan (saat itu saya memang masih remaja). But now I think that’s not the right way, coz it didn’t work anyway. (sepenggal kisah tahun 2012, 4 tahun sebelum bergabung dengan Grow to Give)

Memahami kesetaraan gender sesuai tujuan isu-isu yang diangkat, tidak sama dengan ingin lebih menonjol dibanding kaum adam.

Saya sangat berterima kasih kepada Raden Ajeng Kartini karena perjuangan besarnya kami perempuan dapat mengenyam pendidikan lebih banyak, boleh menikah di usia puluhan (bukan belasan), dan mengoptimalkan kemampuan diri. Akan tetapi saya yakin RA Kartini tidak pernah bermaksud membuat perempuan menjatuhkan harga diri laki-laki, dengan menjadi tinggi hati.

Respect, atau menghargai satu sama lain. Memahami di mana letak harga diri lawan jenis, memahami bagaimana harus bersikap pada lawan jenis. Membiarkan mereka menunjukkan sisi laki-laki mereka dengan membiarkan mereka yang membangun tenda meski sebenarnya kami perempuan pun bisa; pengendalian diri.

Suatu saat ketika kita perempuan akan memiliki anak laki-laki, dan akan memiliki pengharapan anak laki-laki seperti apa yang kita ingin mereka menjadi. Di saat itu, kita akan lebih memahami bagaimana memperlakukan laki-laki supaya mereka tetap dekat dengan naluri kepemimpinan dan berjiwa ksatria mereka.

Aih... mbahasnya sampai ilmu parenting. Ketahuan deh usia penulis. Hihi... baiklah saya tutup tulisan ini sebelum semakin melantur.

~~
Quotes Penulis: Bagaimana kita perempuan tetap menjadi kuat tanpa menjadi pamer/tinggi hati, dan KAPAN kita bisa terlihat lemah tanpa menjatuhkan harga diri.





Sedikit gambaran tentang SDGs Tujuan ke-5

Tujuan dari program SDGs tujuan ke-5 ialah untuk meningkatkan pemberdayaan kaum perempuan untuk mengembangkan bakat dan potensinya sehingga mereka memiliki kesmepatan yang sama dengan kaum laki-laki. Hal ini berarti, segala bentuk diskriminasi dan kekerasan kaum perempuan harus dihilangkan, termask kekerasan seksual, kekerasan oleh pasangan, perkawinan anak, sunat perempuan, dan lainnya.

Dengan begitu, kaum perempuan memiliki kesempatan untuk mendapatkan kesehatan seksual dan hak bereproduksi. Selain itu, pembangunan yang adil dan berkelanjuan ini juga harus menjamin akses perempuan ke sumber daya produktif dan hak partisipasi yang setara dengan laki-laki dalam kehidupan politik, ekonomi, bermasyarkaat, serta memiliki hak membuat keputusan dalam bidang publik dan swasta.

Target
5.1. Mengakhiri Segala Bentuk Diskriminasi Kaum Perempuan
                Dengan adanya kebijakan hukum yang berpihak pada kesetaraan gender
5.2. Menghapuskan Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Kaum Perempuan Di Ruang Publik Dan Pribadi, Termasuk Perdaangan Orang Dan Eksploitasi Seksual, Serta Berbagai Jenis Eksploitasi Lainnya
5.3. Menghapuskan Semua Praktik Berbahaya, Seperti Perkawinan Usia Anak, Perkawinan Pernikahan Dini Dan Paksa, Serta Sunat Perempuan
5.4. Mengenali Dan Menghargai Pekerjaan Mengasuh Dan Pekerjaan Rumah Tangga Yang Tidak Dibayar Melalui Penyediaan Pelayanan Publik, Infrastruktur Dan Kebijakan Perlindungan Sosial, Dan Peningkatan Tanggung Jawab Bersama Dalam Rumah Tangga Dan Keluarga Yang Tepat Secara Nasional.
  • --> berapa banyak waktu yang dihabiskan perempuan untuk pekerjaan yang tidak dibayar. Pekerjaan yang tidak dibayar termsuk peerjaan dan perawatan rumah tangga, seperti produksi dan pnyediaan jasa untuk konsumsi sendiri, dan pekerjaan sukarela untuk kepentingan masyarakat, lingkungan, dan orang2 selain keluarga.

5.5. Menjamin Partisi Penuh Dan Efektif, Dan Kesempatan Yang Sama Bagi Perempuan Untuk Memimpin Di Semua Tingkat Pengambilan Keputusan Dalam Kehidupan Politik, Ekonomi, Dan Masyarakat.
  • -->  proporsi kursi yang diduduki perempuan di bidang politik, posisi manajerial


5.6. Menjamin Akses Universal Terhadap Kesehatan Seksual Dan Reproduksi, Dan Hak Reproduksi Seperti Yang Telah Disepakati Sesuai Dengan Programme Of Action Of The International Conference On Population And Development And The Beijing Platform Serta Dokumen-Dokumen Hasil Review Dari Konferensi-Konferensi Tersebut.
l

Tidak ada komentar:

Posting Komentar