Resensi dan Rangkuman Buku “Musim Semi
Perekonomian Indonesia”
Judul Buku : Musim Semi Perekonomian Indonesia
Genre :
Non Fiksi
Pengarang : Cyrillus Harinowo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2005
Halaman : xiv + 222 halaman
Buku : Pinjam dari Arpusda Kota Semarang
Membaca buku ini seperti mengingat-ingat
kembali perjalanan Indonesia ketika krisis di tahun 1997 dan upaya Indonesia
untuk bangkit hingga tahun 2004 dimana dirasa menjadi titik balik keterpurukan
perekonomian Indonesia. Ya, flash back masa lalu Indonesia kali ini adalah
melihat dari sudut pandang ekonomi.
Kita jadi lebih memahami bahwa untuk mengukur keberhasilan kinerja Presiden bersama pasukannya (para menteri) dapat dilihat dari kestabilan perekonomian Indonesia. Bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil ternyata lebih tepat dan efektif dibanding kebijakan yang diambil oleh negara lain. Juga bukti riil bahwa Indonesia merupakan negara yang tahan krisis.
Kita jadi lebih memahami bahwa untuk mengukur keberhasilan kinerja Presiden bersama pasukannya (para menteri) dapat dilihat dari kestabilan perekonomian Indonesia. Bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil ternyata lebih tepat dan efektif dibanding kebijakan yang diambil oleh negara lain. Juga bukti riil bahwa Indonesia merupakan negara yang tahan krisis.
Bab I, benar-benar menjelaskan kepada
kita betapa pentingnya visi jangka panjang, yang mana evaluasi tiap tahun
mungkin tidak akan tampak efektivitasnya dan terkesan hanya membuang energi dan
uang, akan tetapi setelah dijalankan selama bertahun-tahun yang panjang, insya
Allah akan dapat terlihat kekokohan rencana jangka panjang tersebut.
Seperti jalur rel yang telah dipersiapkan
di Tuscani, sementara pembangunan jalur kereta di sana baru direalisasikan setelah
puluhan tahu. Atau mimpi besar dan keyakinan untuk memiliki 1000km jalan tol,
sehingga semua kebijakan, dan arah berjalan pemerintahan pun akan bergerak untuk
merealisasikan hal tersebut, atau yang sering kita sebut (semesta mendukung). Atau
program 1 tahun, program 5 tahun, program 10 tahun, 20 tahun, dan seterusnya. Atau
penyebaran kebaikan seperti penananam modal oleh Jepang di berbagai negara, dan
budidaya bunga sakura (pohon cherry) di negara-negara lain, sehingga ketika
bunga sakura di Jepang terkena virus sehingga sakit, atau ketika perekonomian
Jepang mengalami keterpurukan, kebaikan hati yang telah dia sebar ke banyak
orang, membuat dia dapat membudidayakan sakura lagi di negaranya dengan cara
mengimpor bibit sakura yang pernah dia sebar sebelumnya, dan dengan cara
meminta para investor Jepang di luar negeri untuk bekerjasama menguatkan
perekonomian tanah airnya sendiri.
Tiga hal tersebut; rencana jangka panjang,
tekad yang kuat, dan kebaikan hati untuk semua orang.
Bab II, mengajarkan kita untuk peka
terhadap perekonomian di luar Indonesia, yang memiliki pengaruh cukup kuat
terhadap perekonomian di Indonesia sendiri. Dengan memahami tanda-tanda dunia,
maka insya Allah kita dapat meramalkan perkiraan kondisi perekonomian Indonesia
selanjutnya, dan dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi dan
mengantisipasi, atau malah tindakan untuk mengambil kesempatan dari global
tersebut.
Kita belajar tentang sejarah mata uang
yang digunakan oleh dunia sekarang ini, yakni Dolar. Mempelajari sejarah kelam
mata uang pertama yang dulu sangat mendominasi dunia, yakni Poundsterling,
kemudian beralih menjadi Dolar yang menyebabkan Negara Inggris kelabakan karena
banyaknya permintaan untuk menukar Poundsterling mereka ke Dolar. Menyebabkan Inggris
menjadi pasien pertama IMF.
Juga dengan masa kelam kebijakan Nixon
untuk tidak mengkaitkan kembali Dolar dengan Emas, karena saat itu perekonomian
Amerika tidak stabil sehingga orang-orang kehilangan trust pada Dolar, dan
kemudian jadi banyak permintaan untuk menukarkan Dolar yang mereka miliki ke
dalam emas.
Kebijakan yang semakin menggantungkan
nilai tukar, nilai uang. Tidak ada patokan dasarnya.
Juga kebijakan yang diambil oleh Amerika
atas melesatnya perekonomian Jepang berupa ekspor berskala besar, menyebabkan
Dolar melemah, dan Yen menguat. Ya, kebijakan untuk membatasi ekspor dari
Jepang. Kebijakan yang menyebabkan Jepang menanamkan modalnya ke negara-negara
lain untuk dapat memproduksi lebih banyak otomotif. Kebijakan Jepang yang
menyebabkan negara-negara lain yang mendapatkan suntikan investasi tersebut,
ikut terangkat perekonomian mereka.
Sebagaimana muncul tanda-tanda sekumpulan
angsa terbang dengna Jepang berada di paling depan, kemudian kemajuan pesat
China dan India di nomor dua, dan seterusnya. Perlu dicatat, bahwa China menang
di produksi, dan India menang di sektor jasa.
Juga kebijakan negara-negara Uni Eropa
untuk menyederhanakan transaksi antar mereka. Ya, tentu saja hal tersebut
adalah kebijakan yang tepat. Bayangkan saja transaksi antara Paris dengan
Inggris lebih rumit dibandingkan transaksi antara Jakarta dengan Surabaya,
padahal secara jarak, Jakarta-Surabaya lebih jauh dibandingkan Paris-Inggris.
Kebijakan tersebut pun membuat Uni Eropa
semakin kuat, saling menambal atas kelemahan masing-masing dengan kelebihan
masing-masing.
Kebijakan yang membuktikan bahwa mata
uang Uni Eropa yakni Euro, lebih kuat dibandingkan dengan Dolar.
Di sini kita belajar beberapa kebijakan
yang baik untuk dilakukan, dan kebijakan yang tidak tepat untuk dilakukan. Sebagaimana
ketika Jepang mengalami krisis sekaratnya perekonomian di dalam Negeri karena tidak
banyak aktivitas ekonomi. Ya, investor Jepang banyak menanamkan modal di luar
negeri, dan semakin enggan untuk menanamkan modal di negeri sendiri karena akan
membutuhkan biaya yang lebih tinggi; di luar negeri yang masih murah
biaya-biayanya, sementara di Jepang lebih mahal. Untuk mengatasi hal tersebut PM Jepang menstimulus dengan
adanya Stimulus Fiskal (pembangunan dalam Negeri untuk meningkatkan Defisit
Negara)...........
Bab III dan Bab IV lebih banyak
membahas tentang proyeksi perekonomian di Indonesia, kemampuan perekonomian
Indonesia untuk sustain meskipun perekonomian Global terguncang hebat, dan prospek
investasi di Indonesia yang masih besar dibuktikan dengan minat investor asing
yang tinggi. Dapatlah kita sebut perekonomian Indonesia adalah Perekonomian yang berdaya tahan.
Juga membahas tentang kebijakan
Pemerintah Indonesia atas utang LN untuk memperkecil defisit, yakni dengan buy
back, untuk mencapai beban bunga yang minimum. Membahas juga tentang prospek
investasi di luar pulau Jawa yang masih sangat besar, dalam upaya untuk
meningkatkan kemerataan kesejahteraan. Tindakan yang sangat perlu diambil. Bahwa
berinvestasi selain di Pulau Jawa, sekalipun saat ini akan membutuhkan biaya
yang lebih besar dibanding jika berinvestasi di dalam Jawa, tapi keputusan
tersebut memang perlu diambil, untuk meningkatkan kesejahteraan di luar pulau
Jawa. Ibaratnya, investasi atas dasar kemanusiaan.
Bab V, menunjukkan pula beberapa
ide-ide yang perlu dapat diterapkan di Indonesia untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, seperti proyek kali bersih secara kontinu, reservoir
dan konservasi air supaya tidak menjadi seperti Kota Jakarta yang terus
menyedot air dari bawah tanah sehingga sekarang tanahnya merosot, dan
sejenisnya.
Satu poin lainnya dalam buku ini yang saya ingat adalah
desertasi Pak Susilo Bambang Yudhoyono, yakni pengembangan sektor pertanian
untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan dengan model makro ekonomi.
Buku ini sangat bagus, karena membuka
wawasan pembaca, untuk lebih memahami kondisi Indonesia dan dunia dari sudut
pandang Ekonomi dan Bisnis, juga memahami sejarah perekonomian Global. Buku ini
ibarat rangkuman dari berbagai peristiwa-peristiwa penting yang perlu kita
ketahui, untuk dapat merumuskan langkah selanjutnya yang dapat kita ambil. Untuk
bisnis (prospek investasi yang masih terbuka lebar di Indonesia), untuk
kesejahteraan Indonesia (proyek-proyek yang perlu dikembangkan Indonesia untuk
meningkatkan kesejahteraan Indonesia), dan kebijakan-kebijakan yang pernah
diambil oleh Indonesia dan negara lain beserta dampaknya.
Daftar Isi:
BAGIAN
PERTAMA: VISI UNTUK INDONESIA
Bab 1 Di Bawah Matahari Tuscani
Bab 2 Feasibilitas Pertumbuhan Tinggi
Bab 3 Musim Semi Bunga Cherry
Bab 4 “Mimpi” Membangun Jalan Tol 1000 Km
Bab 5 Dari Darmaga ke Istana Merdeka
BAGIAN KEDUA:
PEREKONOMIAN GLOBAL DI SEKELILING KITA
Bab 6 Prospek dan Tantangan Perekonomian Global 2005
Bab 7 Boca Raton dan Masa Depan Dolar
Bab 8 Membaca Tanda-tanda Zaman: “Dolar AS vs Euro”
Bab 9 Uni Eropa dari Dublin ke Slovenia
Bab 10 Terbitnya Kembali si Matahari
Bab 11 Bangkitnya Dua Raksasa Asia
Bab 12 Dolar, Euro, Yen, dan Perekonomian Global
Bab 13 Defisit Global dan RAPBN 2004
BAB
KETIGA: MUSIM SEMI PEREKONOMIAN INDNESIA
Bab 14 Tanda—tanda Kebangkitan Kembali Perekonomian
Bab 15 Perjalanan Pulang Ki Semar
Bab 16 Musim Semi Perekonommian Indonesia
Bab 17 Musim Semi Perbankan Indonesia
Bab 18 Musim Semi “Pasar Utang” Indonesia
Bab 19 Memancing Air Pembangunan
Bab 20 Perekonomian yang Berdaya Tahan
Bab 21 Secercah Harapan dari Novotel
Bab 22 Rumah Kaca Indonesia
BAB
KEEMPAT: KEBIJAKAN MAKRO MUSIM SEMI
Bab 23 Menebak Arah Kebijakan Makro Kabinet
Baru
Bab 24 Menebak Arah Suku Bunga SBI
Bab 25 Menarik Pelajaran dari Melemahnya Nilai
Rupiah
Bab 26 Inflasi dan Suku Bunga
Bab 27 Buy Back dan Suku Bunga Jangka Panjang
Bab 28 Titik Balik dalam RAPBN 2004
BAB
KELIMA: LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA
Bab 29 Dusun Jati dan Anggaran Pembangunan
Bab 30 Reservoir dan Konservasi Air
Bab 31 Proyek Kali Bersih
Bab 32 Washington dan Hutan Pulau Jawa
N.B.: yang
masihsaya blok kuning itu belum lengkap, karena saya lupa 1 kebijakan lainnya
dalam mengatasi defisit yang kecil tersebut. Rencananya beberapa hari lagi saya
akan kembali ke Perpusda untuk mengingat-ingat lagi poin penting yang saya
lupakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar