Minggu, 07 Mei 2017

Resensi dan Rangkuman Buku “Musim Semi Perekonomian Indonesia”

Resensi dan Rangkuman Buku “Musim Semi Perekonomian Indonesia”

Judul Buku             :  Musim Semi Perekonomian Indonesia
Genre                     :  Non Fiksi
Pengarang              :  Cyrillus Harinowo
Penerbit                 :  PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit        :  Jakarta
Tahun Terbit           :  2005
Halaman                 :  xiv + 222 halaman
Buku                       :  Pinjam dari Arpusda Kota Semarang

Sumber foto: https://www.tokopedia.com/dianterang/cyrillus-harinowo-musim-semi-perekonomian-indonesia

Membaca buku ini seperti mengingat-ingat kembali perjalanan Indonesia ketika krisis di tahun 1997 dan upaya Indonesia untuk bangkit hingga tahun 2004 dimana dirasa menjadi titik balik keterpurukan perekonomian Indonesia. Ya, flash back masa lalu Indonesia kali ini adalah melihat dari sudut pandang ekonomi.


Kita jadi lebih memahami bahwa untuk mengukur keberhasilan kinerja Presiden bersama pasukannya (para menteri) dapat dilihat dari kestabilan perekonomian Indonesia. Bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil ternyata lebih tepat dan efektif dibanding kebijakan yang diambil oleh negara lain. Juga bukti riil bahwa Indonesia merupakan negara yang tahan krisis.

Bab I, benar-benar menjelaskan kepada kita betapa pentingnya visi jangka panjang, yang mana evaluasi tiap tahun mungkin tidak akan tampak efektivitasnya dan terkesan hanya membuang energi dan uang, akan tetapi setelah dijalankan selama bertahun-tahun yang panjang, insya Allah akan dapat terlihat kekokohan rencana jangka panjang tersebut.

Seperti jalur rel yang telah dipersiapkan di Tuscani, sementara pembangunan jalur kereta di sana baru direalisasikan setelah puluhan tahu. Atau mimpi besar dan keyakinan untuk memiliki 1000km jalan tol, sehingga semua kebijakan, dan arah berjalan pemerintahan pun akan bergerak untuk merealisasikan hal tersebut, atau yang sering kita sebut (semesta mendukung). Atau program 1 tahun, program 5 tahun, program 10 tahun, 20 tahun, dan seterusnya. Atau penyebaran kebaikan seperti penananam modal oleh Jepang di berbagai negara, dan budidaya bunga sakura (pohon cherry) di negara-negara lain, sehingga ketika bunga sakura di Jepang terkena virus sehingga sakit, atau ketika perekonomian Jepang mengalami keterpurukan, kebaikan hati yang telah dia sebar ke banyak orang, membuat dia dapat membudidayakan sakura lagi di negaranya dengan cara mengimpor bibit sakura yang pernah dia sebar sebelumnya, dan dengan cara meminta para investor Jepang di luar negeri untuk bekerjasama menguatkan perekonomian tanah airnya sendiri.

Tiga hal tersebut; rencana jangka panjang, tekad yang kuat, dan kebaikan hati untuk semua orang.


Bab II, mengajarkan kita untuk peka terhadap perekonomian di luar Indonesia, yang memiliki pengaruh cukup kuat terhadap perekonomian di Indonesia sendiri. Dengan memahami tanda-tanda dunia, maka insya Allah kita dapat meramalkan perkiraan kondisi perekonomian Indonesia selanjutnya, dan dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi dan mengantisipasi, atau malah tindakan untuk mengambil kesempatan dari global tersebut.

Kita belajar tentang sejarah mata uang yang digunakan oleh dunia sekarang ini, yakni Dolar. Mempelajari sejarah kelam mata uang pertama yang dulu sangat mendominasi dunia, yakni Poundsterling, kemudian beralih menjadi Dolar yang menyebabkan Negara Inggris kelabakan karena banyaknya permintaan untuk menukar Poundsterling mereka ke Dolar. Menyebabkan Inggris menjadi pasien pertama IMF.

Juga dengan masa kelam kebijakan Nixon untuk tidak mengkaitkan kembali Dolar dengan Emas, karena saat itu perekonomian Amerika tidak stabil sehingga orang-orang kehilangan trust pada Dolar, dan kemudian jadi banyak permintaan untuk menukarkan Dolar yang mereka miliki ke dalam emas.

Kebijakan yang semakin menggantungkan nilai tukar, nilai uang. Tidak ada patokan dasarnya.

Juga kebijakan yang diambil oleh Amerika atas melesatnya perekonomian Jepang berupa ekspor berskala besar, menyebabkan Dolar melemah, dan Yen menguat. Ya, kebijakan untuk membatasi ekspor dari Jepang. Kebijakan yang menyebabkan Jepang menanamkan modalnya ke negara-negara lain untuk dapat memproduksi lebih banyak otomotif. Kebijakan Jepang yang menyebabkan negara-negara lain yang mendapatkan suntikan investasi tersebut, ikut terangkat perekonomian mereka.

Sebagaimana muncul tanda-tanda sekumpulan angsa terbang dengna Jepang berada di paling depan, kemudian kemajuan pesat China dan India di nomor dua, dan seterusnya. Perlu dicatat, bahwa China menang di produksi, dan India menang di sektor jasa.

Juga kebijakan negara-negara Uni Eropa untuk menyederhanakan transaksi antar mereka. Ya, tentu saja hal tersebut adalah kebijakan yang tepat. Bayangkan saja transaksi antara Paris dengan Inggris lebih rumit dibandingkan transaksi antara Jakarta dengan Surabaya, padahal secara jarak, Jakarta-Surabaya lebih jauh dibandingkan Paris-Inggris.

Kebijakan tersebut pun membuat Uni Eropa semakin kuat, saling menambal atas kelemahan masing-masing dengan kelebihan masing-masing.

Kebijakan yang membuktikan bahwa mata uang Uni Eropa yakni Euro, lebih kuat dibandingkan dengan Dolar.

Di sini kita belajar beberapa kebijakan yang baik untuk dilakukan, dan kebijakan yang tidak tepat untuk dilakukan. Sebagaimana ketika Jepang mengalami krisis sekaratnya perekonomian di dalam Negeri karena tidak banyak aktivitas ekonomi. Ya, investor Jepang banyak menanamkan modal di luar negeri, dan semakin enggan untuk menanamkan modal di negeri sendiri karena akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi; di luar negeri yang masih murah biaya-biayanya, sementara di Jepang lebih mahal. Untuk mengatasi hal tersebut PM Jepang menstimulus dengan adanya Stimulus Fiskal (pembangunan dalam Negeri untuk meningkatkan Defisit Negara)...........

Bab III dan Bab IV lebih banyak membahas tentang proyeksi perekonomian di Indonesia, kemampuan perekonomian Indonesia untuk sustain meskipun perekonomian Global terguncang hebat, dan prospek investasi di Indonesia yang masih besar dibuktikan dengan minat investor asing yang tinggi. Dapatlah kita sebut perekonomian Indonesia adalah Perekonomian yang berdaya tahan.

Juga membahas tentang kebijakan Pemerintah Indonesia atas utang LN untuk memperkecil defisit, yakni dengan buy back, untuk mencapai beban bunga yang minimum. Membahas juga tentang prospek investasi di luar pulau Jawa yang masih sangat besar, dalam upaya untuk meningkatkan kemerataan kesejahteraan. Tindakan yang sangat perlu diambil. Bahwa berinvestasi selain di Pulau Jawa, sekalipun saat ini akan membutuhkan biaya yang lebih besar dibanding jika berinvestasi di dalam Jawa, tapi keputusan tersebut memang perlu diambil, untuk meningkatkan kesejahteraan di luar pulau Jawa. Ibaratnya, investasi atas dasar kemanusiaan.

Bab V, menunjukkan pula beberapa ide-ide yang perlu dapat diterapkan di Indonesia untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti proyek kali bersih secara kontinu, reservoir dan konservasi air supaya tidak menjadi seperti Kota Jakarta yang terus menyedot air dari bawah tanah sehingga sekarang tanahnya merosot, dan sejenisnya.


Satu poin lainnya dalam buku ini yang saya ingat adalah desertasi Pak Susilo Bambang Yudhoyono, yakni pengembangan sektor pertanian untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan dengan model makro ekonomi.


Buku ini sangat bagus, karena membuka wawasan pembaca, untuk lebih memahami kondisi Indonesia dan dunia dari sudut pandang Ekonomi dan Bisnis, juga memahami sejarah perekonomian Global. Buku ini ibarat rangkuman dari berbagai peristiwa-peristiwa penting yang perlu kita ketahui, untuk dapat merumuskan langkah selanjutnya yang dapat kita ambil. Untuk bisnis (prospek investasi yang masih terbuka lebar di Indonesia), untuk kesejahteraan Indonesia (proyek-proyek yang perlu dikembangkan Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan Indonesia), dan kebijakan-kebijakan yang pernah diambil oleh Indonesia dan negara lain beserta dampaknya.


Daftar Isi:
BAGIAN PERTAMA: VISI UNTUK INDONESIA
Bab 1  Di Bawah Matahari Tuscani
Bab 2  Feasibilitas Pertumbuhan Tinggi
Bab 3  Musim Semi Bunga Cherry
Bab 4  “Mimpi” Membangun Jalan Tol 1000 Km
Bab 5  Dari Darmaga ke Istana Merdeka

BAGIAN KEDUA: PEREKONOMIAN GLOBAL DI SEKELILING KITA
Bab 6  Prospek dan Tantangan Perekonomian Global 2005
Bab 7  Boca Raton dan Masa Depan Dolar
Bab 8  Membaca Tanda-tanda Zaman:  “Dolar AS vs Euro”
Bab 9  Uni Eropa dari Dublin ke Slovenia
Bab 10 Terbitnya Kembali si Matahari
Bab 11 Bangkitnya Dua Raksasa Asia
Bab 12 Dolar, Euro, Yen, dan Perekonomian Global
Bab 13 Defisit Global dan RAPBN 2004

BAB KETIGA:  MUSIM SEMI PEREKONOMIAN INDNESIA
Bab 14 Tanda—tanda Kebangkitan Kembali Perekonomian
Bab 15 Perjalanan Pulang Ki Semar
Bab 16 Musim Semi Perekonommian Indonesia
Bab 17 Musim Semi Perbankan Indonesia
Bab 18 Musim Semi “Pasar Utang” Indonesia
Bab 19 Memancing Air Pembangunan
Bab 20 Perekonomian yang Berdaya Tahan
Bab 21 Secercah Harapan dari Novotel
Bab 22 Rumah Kaca Indonesia

BAB KEEMPAT:  KEBIJAKAN MAKRO MUSIM SEMI
Bab 23 Menebak Arah Kebijakan Makro Kabinet Baru
Bab 24 Menebak Arah Suku Bunga SBI
Bab 25 Menarik Pelajaran dari Melemahnya Nilai Rupiah
Bab 26 Inflasi dan Suku Bunga
Bab 27 Buy Back dan Suku Bunga Jangka Panjang
Bab 28 Titik Balik dalam RAPBN 2004

BAB KELIMA:  LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA
Bab 29 Dusun Jati dan Anggaran Pembangunan
Bab 30 Reservoir dan Konservasi Air
Bab 31 Proyek Kali Bersih
Bab 32 Washington dan Hutan Pulau Jawa


N.B.: yang masihsaya blok kuning itu belum lengkap, karena saya lupa 1 kebijakan lainnya dalam mengatasi defisit yang kecil tersebut. Rencananya beberapa hari lagi saya akan kembali ke Perpusda untuk mengingat-ingat lagi poin penting yang saya lupakan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar