Resensi ini ditulis sekitar tahun 2008-2010
Judul Buku : The Bookaholic Club.
Pengarang : Poppy D. Chusfani.
Penerbit : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Tahun Terbit : November 2008.
Halaman : 169halaman; 20cm.
Harga : Rp 27.000,-.
Sumber foto: https://www.tokopedia.com/fimelia/novel-teenlit-bekas-the-bookaholic-club-poppy-d-chusfani
Buku berjudul The
Bookaholic Club karya Poppy D. Chusfani ini mengisahkan tentang 4 remaja gadis yang
mulai menjadi sahabat karena mereka punya banyak kesamaan. Kesamaan hobi; suka
membaca buku terutama tentang arkeologi, kesamaan usia; 16 tahun, kesamaan
status; merasa sendiri, baik terkucil maupun mengucilkan diri.
Namun apakah pertemuan
mereka hanyalah kebetulan belaka? Ternyata tidak. Sudah rencana... Agar mereka
dapat bersama-sama mengalahkan “Bayangan”. Bukan bayangan biasa yang ada ketika
ada cahaya, Bayangan ini adalah iblis yang merasuki jiwa anak-anak muda
agar mereka membuat kekacauan,
malapetaka!
Mereka; Des, Tori, Erin,
dan Chira, bekerjasama dengan keahlian masing-masing. Demi agar Des dan ketiga
korban lainnya selamat. Agar seratus tahun kemudian keturunan Katrina lainnya
dapat hidup tanpa harus diincar si Bayangan. Agar Bayangan terkunci kembali
dalam dunianya.
Buku ini termasuk bacaan
ringan dan menghibur untuk para remaja. Kisahnya pun menarik. Meski termasuk
bacaan ringan buku ini juga berisi informasi dan pengetahuan yang tidak kalah
baiknya dengan alur ceritanya.
Kisah ini adalah tentang persahabatan, kerja sama, kepercayaan, dan yang kerap
disukai para remaja, tentang cinta. Walau sebenarnya hanya menyinggung sedikit,
namun tetap mengharukan. Jadi remaja siapapun cocok membaca buku ini. Meski begitu
bukan berarti yang bukan remaja tidak boleh membaca buku ini. Hanya saja The
Bookaholic Club ini lebih dikhususkan untuk para remaja.
Termasuk buku berkualitas,
namun harus membayar cukup mahal untuk memilikinya, bahkan semakin hari dapat
semakin mahal harganya. Sementara belum tentu perpustakaan memilikinya. Dan
karena ini masih termasuk buku baru, kemungkinan ada di toko luak kecil. Ingin
meminjam pada teman, memang siapa yang punya? Inilah kesulitannya.
Bahasa yang digunakan
mudah dipahami. Namun butuh waktu untuk memahami sudut pandangnya. Sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang pertama: “Aku”. Sementara “aku” ini
dapat menjadi Des, Tori, Erin maupun Chira. Pembaca harus lebih jeli untuk tahu
siapa yang menjadi “aku” pada saat-saat tertentu.
Meski begitu perubahan
tokoh pada “aku” juga tidak sembarang berubah. Perubahannya hanya pada saat
pergantian bab, dan di setiap bab juga dicantumkan nama siapa yang menjadi
“aku” pada bab-bab tersebut.
~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar