Kesetaraan Gender:
Ladies
First, Gentlemen Later
Farikha Amilahaq
Tujuan ke-5 dari Agenda Internasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) ialah
terkait Kesetaraan Gender. Ini mengusik pikiran saya sementara beberapa waktu
lalu kami tim volunteer event I-YEV
Camp menerima perlakuan yang berbeda dari para pemuda yang berbaik hati berbagi
Duplak dengan kami menuju ke
tempat-tempat yang harus disurvey.
Duplak yang merupakan mobil hibah Dinas Pariwisata Kabupaten Pekalongan ini
disebut Anggun Paris, berbentuk seperti pick
up yang dimodifikasi supaya aman dinaiki manusia. Yakni dengan dipasangi
kerangka di atasnya dan dilapisi terpal supaya tetap teduh dari panas dan
kering dari hujan. Meski demikian cara naiknya tetap sama seperti jika naik pick up, dan pemuda-pemuda yang baru
kami temui tersebut mempersilakan kami naik dengan sebelumnya membukakan tutup belakang supaya kami lebih
mudah naik. Setelah kami keenam gadis naik, mereka tutup belakang dan
barulah mereka naik. Itu satu.
Saya rasa itu sudah lewat tengah malam ketika kami sampai di lokasi
perkemahan Karang Srity. Ke tempat itu tidak termasuk dalam rencana awal, akan
tetapi sepertinya seru jika bisa pindah tidur dari kamar jadi di dalam tenda
dan lebih menikmati karya Allah SWT. kami hendak membantu teman-teman baru kami
tersebut untuk mendirikan tenda, tapi kata mereka biar mereka saja. Dua.
Halus sih cara mereka menyampaikan. Tapi terbesit dalam pikiran saya apakah
mereka khawatir jika aset mereka rusak. Tenda doom kan harganya lumayan, dan
jika ada beberapa part yang rusak
akan jadi susah dipakai kedepannya kan. Di sisi lain saya juga ingin
menunjukkan bahwa saya pun bisa kok mendirikan tenda, meski sudah hampir empat
tahun saya tidak berkemah.
Kemudian kami semua duduk melingkari api unggun, disuguhi cemilan-cemilan
yang lezat. Ya Allah... niat awal hanya mau pindah tidur kenapa jadinya kami
mengambil sebagian jatah makan mereka ya (merasa tidak enak sambil terus
menghabiskan cemilan – yaelah....). Kemudian mereka menyiapkan makan besar yang
sebelumnya mereka beli, ditaruh di atas daun pisang dan disusun rapi. Saya
ingin menghitung ini Tiga karena
mereka yang menyiapkan makanan, tapi di awal kami memang tidak mengira akan
diajak makan bersama, pada pukul dua
dini hari! Em, penjelasan makan pukul dua pagi bukan hal yang penting sih..
Esok hari, kami tidak tahu jadwal mereka untuk
pergi dari tempat kemah jam berapa dan saya pribadi merasa sangat tidak enak
membuat mereka menunggu karena kami para gadis bangun sangat siang, asik foto-foto sendiri, dan sebagainya.
Ketika membongkar tenda pun mereka berusaha meyakinkan biar mereka saja
yang melakukannya, dan saya masih tidak yakin ini supaya tidak ada pasak bumi yang
hilang atau stick kerangka tenda yang
patah, atau karena mereka memang berusaha untuk bersikap gentle? Diskriminasi gender.
Dalam maksud yang positif sih.. Empat
pokoknya.
Kemudian ketika kami para gadis jadi bingung sendiri mau bantu apa,
akhirnya kami asik foto-foto lagi. Padahal bisa saja kami bantu mengumpulkan
sampah-sampah dapur kami dan membuangnya ke tempat yang tepat. Well maafkan kami yang tidak peka.
Tetapi juga tidak ada “komando” untuk siapa melakukan apa. Seolah mereka, pemuda-pemuda
itu, sudah tahu harus melakukan apa tanpa dikomando, mereka sudah sangat dekat
sehingga sudah peka tanpa harus mengatakannya dengan gamblang. Atau mereka
saling mengingatkan dengan suara pelan sehingga kami tidak tahu apa yang masih
belum selesai. Entah. Yang pasti setiap kami hendak naik ataupun turun dari
duplak, selalu.... mereka harus membuka-tutup pagar belakang pick up. Sementara jika mereka yang
turun tinggal lompat saja. Lima, enam,
tujuh, banyak lah....
Padahal Grow to Give adalah
organisasi nirlaba yang mengusung beberapa isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
di mana salah satu isu yang kami suarakan ialah tujuan ke-5 yakni tentang
Kesetaraan Gender (dan Memberdayakan
Kaum Perempuan). Tapi kami seringkali menerima perlakuan dibedakan selama survey ini.
Grow to Give memang bertujuan salah satunya adalah
untuk memberdayakan perempuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan. Yakni
dengan mengoptimalkan penjualan hasil tani aren dengan mendirikan koperasi
bersama yang bertugas menjual produk jadi gula semut, gula aren,
serta kopi. Juga memberikan pelatihan-pelatihan setiap bulan
terutama kepada pemuda-pemuda. Karena Grow to Give percaya; untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, meminimalisir diskriminasi gender, serta agar alam
Petungkriyono yang indah tetap lestari dan terjaga,
maka harus mengoptimalkan kemampuan finansial warga desa.
Sementara untuk isu kesetaraan gender terkait kekerasan dalam rumah
tangga atau kekerasan kepada perempuan, alhamdulillah
saya belum pernah mendengarnya di Petungkriyono.
Poin ini yang sebenarnya memiliki hubungan erat dengan perilaku khusus yang
kami para gadis terima dari kawan-kawan baru pemuda Pekalongan tempo hari. Di
sini saya pribadi mencoba memahami bahwa kesetaraan gender tidak harus itu artinya laki-laki naik pohon aren, maka perempuan
juga harus
ikut naik pohon aren.
Secara psikologi perempuan dan laki-laki memiliki kecenderungan yang
berbeda. Harga diri laki-laki terletak pada bagaimana mereka mampu menaungi,
menjadi pemimpin, dan bertanggungjawab. Sementara hati perempuan ada dimana
mereka diperlakukan secara baik. Di sisi lain kita tahu perempuan bekerja dengan jauh lebih cekatan
karena kemampuannya melakukan banyak hal dalam satu waktu, membuat mereka juga
terbiasa mengambil keputusan-keputusan sederhana dengan cepat, dan menjadi gemas
ketika harus menunggu tindakan dari para laki-laki yang terkenal lama dalam bertindak karena kelamaan berpikir. Lebih
tepatnya mempertimbangkan lebih banyak hal sih...
Tapi hei, di revolusi industri 4.0. ini kita memang tidak bisa diam terlalu
lama, atau kita akan semakin tertinggal. Bahwa masih ada banyak hal yang harus
kita lakukan, dan waktu menjadi sangat berharga, dan bertindak cepat adalah
solusi. Tak khayal banyak wanita akhirnya turun tangan untuk ikut mencari
pendapatan, ikut turun tangan untuk mencari solusi atas beberapa masalah, ikut
menyampaikan suara-suara kritis mereka, dan sebagainya.
Saya juga pernah mengalami peristiwa “menunggu” dalam organisasi lain yang dulu
saya ikuti.
Tidak ada waktu berleha-leha, memangnya sedang memancing? Kami sedang
berkemah dan harus segera mendirikan tenda untuk siap dengan kegiatan
selanjutnya. Maka kami yang perempuan lebih cekatan mengambil kerangka tenda
doom dan segera memasang semua bagiannya. Mengambil perlengkapan ini dan itu,
ikut membawa-bawa beban berat yang harusnya dibawa oleh tim yang laki-laki
saja, dan berjalan lebih cepat dari mereka. Niat saya sebenarnya untuk
memotivasi teman-teman laki-laki supaya bekerja lebih cepat dan lebih cekatan
daripada kami anak-anak perempuan (saat itu saya memang masih remaja). But now I think that’s not the right way,
coz it didn’t work anyway. (sepenggal kisah tahun 2012, 4 tahun sebelum
bergabung dengan Grow to Give)
Memahami kesetaraan gender sesuai
tujuan isu-isu yang diangkat, tidak sama dengan ingin lebih menonjol dibanding
kaum adam.
Saya sangat berterima kasih kepada Raden Ajeng Kartini karena perjuangan
besarnya kami perempuan dapat mengenyam pendidikan lebih banyak, boleh menikah
di usia puluhan (bukan belasan), dan mengoptimalkan kemampuan diri. Akan tetapi
saya yakin RA Kartini tidak pernah bermaksud membuat perempuan menjatuhkan
harga diri laki-laki, dengan menjadi tinggi hati.
Respect, atau menghargai satu sama lain. Memahami di mana letak harga diri lawan
jenis, memahami bagaimana harus bersikap pada lawan jenis. Membiarkan
mereka menunjukkan sisi laki-laki mereka dengan membiarkan mereka yang
membangun tenda meski sebenarnya kami perempuan pun bisa; pengendalian diri.
Suatu saat ketika kita perempuan akan memiliki anak laki-laki, dan akan memiliki
pengharapan anak laki-laki seperti apa yang kita ingin mereka menjadi. Di saat
itu, kita akan lebih memahami bagaimana memperlakukan laki-laki supaya mereka
tetap dekat dengan naluri kepemimpinan dan berjiwa ksatria mereka.
Aih... mbahasnya sampai ilmu parenting.
Ketahuan deh usia penulis. Hihi... baiklah saya tutup tulisan ini sebelum
semakin melantur.
~~
Quotes Penulis: Bagaimana
kita perempuan tetap menjadi kuat tanpa menjadi pamer/tinggi hati, dan KAPAN
kita bisa terlihat lemah tanpa menjatuhkan harga diri.
Sedikit gambaran tentang SDGs Tujuan ke-5
Tujuan dari program SDGs tujuan ke-5 ialah untuk meningkatkan pemberdayaan
kaum perempuan untuk mengembangkan bakat dan potensinya sehingga mereka
memiliki kesmepatan yang sama dengan kaum laki-laki. Hal ini berarti, segala bentuk diskriminasi dan
kekerasan kaum perempuan harus dihilangkan, termask kekerasan seksual,
kekerasan oleh pasangan, perkawinan anak, sunat perempuan, dan lainnya.
Dengan begitu, kaum perempuan memiliki kesempatan untuk mendapatkan kesehatan seksual dan hak
bereproduksi. Selain itu, pembangunan yang adil dan berkelanjuan ini juga
harus menjamin akses perempuan ke sumber
daya produktif dan hak partisipasi yang setara dengan laki-laki dalam kehidupan politik, ekonomi,
bermasyarkaat, serta memiliki hak
membuat keputusan dalam bidang publik dan swasta.
Target
5.1. Mengakhiri Segala Bentuk Diskriminasi Kaum Perempuan
Dengan adanya
kebijakan hukum yang berpihak pada kesetaraan gender
5.2. Menghapuskan Segala
Bentuk Kekerasan Terhadap Kaum Perempuan Di Ruang Publik Dan Pribadi, Termasuk
Perdaangan Orang Dan Eksploitasi Seksual, Serta Berbagai Jenis Eksploitasi
Lainnya
5.3. Menghapuskan Semua
Praktik Berbahaya, Seperti Perkawinan Usia Anak, Perkawinan Pernikahan Dini Dan
Paksa, Serta Sunat Perempuan
5.4. Mengenali Dan
Menghargai Pekerjaan Mengasuh Dan Pekerjaan Rumah Tangga Yang Tidak Dibayar
Melalui Penyediaan Pelayanan Publik, Infrastruktur Dan Kebijakan Perlindungan
Sosial, Dan Peningkatan Tanggung Jawab Bersama Dalam Rumah Tangga Dan Keluarga
Yang Tepat Secara Nasional.
- --> berapa banyak waktu yang dihabiskan perempuan untuk pekerjaan yang tidak dibayar. Pekerjaan yang tidak dibayar termsuk peerjaan dan perawatan rumah tangga, seperti produksi dan pnyediaan jasa untuk konsumsi sendiri, dan pekerjaan sukarela untuk kepentingan masyarakat, lingkungan, dan orang2 selain keluarga.
5.5. Menjamin Partisi Penuh
Dan Efektif, Dan Kesempatan Yang Sama Bagi Perempuan Untuk Memimpin Di Semua
Tingkat Pengambilan Keputusan Dalam Kehidupan Politik, Ekonomi, Dan Masyarakat.
- --> proporsi kursi yang diduduki perempuan di bidang politik, posisi manajerial
5.6. Menjamin Akses
Universal Terhadap Kesehatan Seksual Dan Reproduksi, Dan Hak Reproduksi Seperti
Yang Telah Disepakati Sesuai Dengan Programme
Of Action Of The International Conference On Population And Development And The
Beijing Platform Serta Dokumen-Dokumen Hasil Review Dari
Konferensi-Konferensi Tersebut.
l
Tidak ada komentar:
Posting Komentar