Republish review Mahar Cinta (saking sukanya dengan short movie ini, hihihi)
Short Movie Mahar Cinta, Amazing!!!
Durasi : + 24 menit
Produksi : Film Maker Muslim
Launching : Pada Seminar Pernikahan Impian #2
Tokoh : Kulsum Nurul Jannah as Alira, M. Ali Miqdad as Salim, Yan Rambo as Alira’s Dad, Fara Nuraini as Farah (Alira’s bestiest), Hans as Adnan
Geli banget saya pas lihat BTS (behind the scene) Mahar Cinta. Lucu-lucu; dari Farah yang di film memang udah lucu, BTS oleh stunt man Alira ketika adegan memeluk ayah Alira (kan bukan mahram jadi pakai stunt man), dan yang paling kocak adalah tingkah Kak Kulsum Nurul Jannah yang mendadak jadi fans boyband Korea ketika ditanyai oleh Adnan (Hans), yang mana bikin Hans ilfeel :D :D :D. Rasanya itu seperti akting terbaik Kak Kulsum di film ini (padahal semua scene akting Kak Kulsum bagus lohhh), bikin geli serius, natural banget... saya jadi bertanya-tanya jangan-jangan Kak Kulsum memang penggemar drakor dan boyband beneran... hihihi...
Oke, kembali ke review short movie mahar cinta itu sendiri. Saya kira genre ini adalah drama romance, kemudian adanya adegan-adegan lucu adalah kejutan indah yang membuat film ini menjadi semakin menarik, dan tentunya tidak kehilangan alur utamanya.
Saya rasa saya bisa menyimpulkan ada tiga poin penting yang dapat kita pelajari dari film ini.
- Tentang pendirian Alira ketika diajak pacaran oleh Salim, kemudian menyampaikan bahwa dia tidak ingin pacaran, tapi menikah, dan dia memberikan alamat rumah dan nomor telepon rumah jika Salim benar-benar seriut. Kemudian Salim benar-benar datang ke rumah Alira. Tanpa dia benar-benar tahu perasaan Alira. Dua poin dari scene ini: pendirian Alira, dan karakter Salim.
- Adegan kedua ialah ketika Salim meminta kepastian tentang perasaan Alira kepadanya. Hal tersebut dipicu oleh permintaan ayah Alira untuk memberi mahar Rp 50 juta, sementara secara ekonomi Salim bukanlah orang yang berlebih, dan dia akan butuh usaha keras untuk menyediakan uang sebanyak itu. Karena itu Salim meminta kepastian perasaan Alira, supaya usahanya nanti tidak menjadi sia-sia (belum berusaha aja udah cengeng. Ck.ck.ck.). Kemudian respon Alira adalah poin penting yang sangat saya setujui, yang semakin memantapkan hati saya atas sikap yang saya ambil apabila dihadapkan dengan situasi sejenis, yang juga merupakan penguat dari menit ke 58 film Mengejar Halal yang telah saya review sebelumnya.
Bahwa;
Salim : “Aku perlu tahu perasaanmu ke aku.”
Alira : “Kenapa kamu perlu tahu?”
Salim : “Aku harus memastikan, kalau kamu cinta sama aku, yakin mau sama aku, aku akan usahakan mahar itu, ngggak cuma mahar, biaya pesta pun pasti aku usahakan.”
Alira : “Aku kecewa. Kenapa kamu butuh kepastian dari aku, tugas kamu berusaha, Lim. Jangan MANJA. Buat apa kamu pastikan perasaanku ke kamu, kita belum nikah, aku ga ada kewajiban mencintai kamu.”
Salim : “Ra, 50 jt itu besar, belum biaya pesta, belum rumah tangga nanti. Aku harus yakin aku ga bertepuk sebelah tangan.. apalagi aku kuliah sambil biayai adik-adik aku. Aku tulang punggung keluarga.
“Ya maaf deh kalau aku ga mapan seperti ipar-iparmu –”
Alira : “Cukup, Salim. Kenapa kamu jadi cengeng gini sih. Kamu bahkan belum berusaha.”
Jadi, yang saya bold itu yang saya sangat setuju, tentang cinta. Dikuatkan dengan penjelasan Farah, sahabat Alira di scene yang lain;
“Lu tahu ga bahagianya Lira ketika lo nyatain perasaan”
“Tahu ga gimana dia nahan diri buat ga pacaran”
“Dia tahan nafsunya”
“Karena dia percaya Allah akan buat cinta ini suci”
- Adegan ketiga adalah ketika Salim harus segera mendatangi ayah Alira lagi sebelum terlambat. Meski tabungan belum mencapai separuh dari yang diminta. Di sini yang hendak saya soroti adalah kebijaksanaan Salim yang memilih mundur.
Bukan karena alasan egois mahar kegedean ataupun ayah Alira yang keras. Tapi karena sebuah alasan mulia nan bijak, yakni; dia tidak ingin keberadaan dirinya membuat Alira bertengkar dengan ayahnya. Dia tidak ingin menjadi pengaruh tidak baik untuk Alira sehingga membuat Alira membantah ayahnya. That’s really a man, guys.
Di akhir cerita, terdapat narasi epilog yang bagus juga;
“Benar bahwa Islam menganjurkan untuk mempermudah mahar. Tapi esensi mahar adalah mempertandakan suami siap untuk bekerja keras, menjadi imam, ayah, sahabat, pelipur lara, dan duka. Bukti keikhlasan dan kerelaan, bukti cinta yang dipersembahkan dengan sepenuh hati.
“Mahar adalah pemberian terbaik, bukan sekedar dari esensi material, tapi adalah keikhlasan mempelai wanita menerima kekurangan dan kelebihan calon imam. Karena pernikahan merupakan perjalanan menuju kesempurnaan agama, perjalanan yang membutuhkan sinergi dua hati untuk saling menjaga ego, dan saling memuliakan."
Saya tidak ada komentar bermakna untuk Mahar Cinta, karena seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Film Maker Muslim memang ahli dalam membuat short movies. Hikmahnya juga dapet banget. Alhamdulillah....
Mahar Cinta, amazing!!!
Terus berjuang dan terus berkarya untuk kawan-kawan Film Maker Muslim. Jangan berhenti menebar kebaikan.
Jazakumulla hu khairan. J
N.B.: jangan tiru Kakak Alira, masak iya adik sendiri nikah ga dateng dengan alasan karena ada orang mau lihat rumah yang lagi dijual. Sedih, gengs. Alira belum tentu akad dua kali loh – (eh?!!), sementara orang mau beli rumah bisa dua tiga kali kesempatan itu datang. Hihihi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar