Jumat, 06 Mei 2016

Tips Menjawab Beberapa Pertanyaan dalam Wawancara

Membicarakan tentang tips-tips dalam wawancara kerja itu kurasa kurang afdol jika kita tidak merasakannya sendiri. Maka kali ini aku akan menceritakan pengalaman wawancara kerjaku sekaligus tips dan pendalaman berdasarkan jawaban-jawabanku. Supaya teman-teman juga bisa benar-benar mempertimbangankan “cara” menjawab nantinya, sehingga insya Allah teman-teman bisa optimal dalam melalui tes wawancara kerja.

Baik, aku mulai dari kronologis. Waktu itu yang mewawancarai ada 2 orang, bapak-bapak (sudah kelihatan Beliau adalah senior) dan mbak-mbak yang bertugas membawa berkas-berkas lamaran kami. Berhubung aku muslimah yang berusaha mematuhi perintah agama, ketika si bapak hendak menyalami, aku membalasnya dengan salam syar’i (tahulah salamnya seperti apaaa, tangan di depan dana, bukan balas menjabat).


Kesalahan poin 1.
Aku refleks meminta maaf.

Selesai wawancara aku evaluasi sikapku, dan kurasa bisa saja si bapak merasa tersinggung seolah dia melakukan kesalahan. Meski maksudku adalah aku tidak bisa minta maaf karena tidak bisa membalas jabat tangannya. Tapi... sepertinya memang tidak seharusnya aku iringi dengan permintaan maaf, karena akan terkesan telah ada kesalahan (dari pihak si bapak). Lebih baik percaya diri saya, yang penting hati-hati supaya sikap kita tetap menampilkan sikap yang rendah hati (tidak sombong).

Pertanyaan 1. Kenapa melamar ke perusahaan ini?
Aku mengatakan dengan jujur bahwa perusahaan tersebut dekat dengan rumah, bercerita bahwa posisi yang kulamar sebenarnya akunting, akan tetapi setelah mendengan penjelasan dari hrd lewat telepon tentang posisi yang ditawarkan (merchandiser à staff yang bertugas untuk menerima pesanan dan berkoordinasi dengan customer asing), aku merasa tertarik karena ini menggunakan skill Bahasa Inggris. Bagiku bekerja dengan menggunakan keterampilan ini pasti akan sangat menyenangkan.

Jawaban tersebut jujur dalam hatiku sehingga aku yakin telah menjawabnya dengan tepat dan tanpa cela. Lebih lagi jawaban tersebut menunjukkan minatku yang tinggi bukan hanya dengan perusahaan tetapi juga dengan posisi yang aku lamar.

Pertanyaan 2. Kamu pernah bekerja di perusahaan X sebelumnya, berapa lama? Dan apa alasan kamu keluar? Apakah kontrak habis atau bagaimana?
Setelah aku mendalami pertanyaan ini sepertinya HRD ingin mengetahui apakah aku dipecat, atau kontrak habis dan aku tidak ingin melanjutkan, atau pihak perusahaan lama yang tidak ingin memperpanjang kontrakku. Sayangnya aku terlambat menyadari poin penting dari pertanyaan itu....

Jawabanku: “Saya bekerja di sana sudah selama 6 bulan.” Kemudian aku menceritakan sedikit tentang identitas kantor lamaku, tentang posisiku di kantor (pusat), dan jenjang karir (poin/alasan utama aku resign) dan gaji. Dengan menjelaskan posisi perusahaanku terlebih dahulu, aku yakin mereka dapat lebih memahami dan yakin bahwa jenjang karir di sana memang belum cukup menjanjikan...

Kemudian kubilang bahwa aku yakin aku bisa melakukan lebih dari itu, karena itu aku resign.

Kenapa resign duluan dan tidak menunggu dapat kerja dulu baru resign?
Pertanyaan yang masih nyambung dengan pertanyaan sebelumnya.
“Karena menurut saya jika saya ingin melamar pekerjaan ya saya harus keluar dulu. Saya tidak bisa menggantungkan perusahaan lama saya, kemudian saya tiba-tiba resign. Lebih lagi saya juga perlu mentraining staff yang akan menggantikan saya, karena staff bagian tersebut hanya ada 1 di kantor tsb.”

Nah. Di sini aku keceplosan bilang “kasihan (kasihan kan kantor lama saya kalau mendadak saya tinggal)”. HATI-HATI!!!!!!! Kita bisa terpeleset menjadi orang yang sombong dan merasa sok penting. Alangkah lebih baik jika kata-katanya diperhalus menjadi: “Sebelum saya benar-benar keluar saya harus menyelesaikan tugas saya untuk mentraining staff yang akan menggantikan saya di perusahaan tersebut. Nah jika saya sudah mendapatkan pekerjaan baru sementara posisi saya masih bekerja di sana, saya khawatir tidak bisa menyelesaikan amanah terakhir saya tersebut. Karena itu saya baru bisa melamar ketika amanah saya sudah terselesaikan.”

Tetap bersikap rendah hati dan tidak sombong ya kawan, jangan merasa diri kita penting untuk orang lain dan sekitar. Karena sesungguhnya tanpa kita pun bunga tidak akan layu, langit masih biruuu... eaa... malah nyanyi. :D


Pertanyaan 3. Kamu kan lulusan perbankan, tidak coba melamar ke bank?
Pertanyaan menjebak (kurasa). Pertanyaan ini untuk melihat sampai mana keteguhan hatimu untuk bekerja di perusahaan tersebut (yang notabenenya memang tidak linier dengan konsentrasi studiku yakni perbankan).

Aku terjebak di pertanyaan ini. Dengan polosnya kujawab “Ingin sih, tapi untuk saat ini belum ada lowongan, sekalipun ada seringnya saya tidak tahu.”

PLAK!!!

Aku bisa-bisa langsung didepak dari ruangan karena menjawab hal yang dapat melukai pihak perusahaan tersebut.
Jika sudah keceplosan seperti itu, saranku tambahi kalimat-kalimat yang menunjukkan kesungguhan hatimu, contoh: “Meskipun konsentrasi saya adalah perbankan, saya juga menyukai bidang pekerjaan lainnya yang masih berkaitan, seperti bagian keuangan, akunting, atau yang menggunakan skill Bahasa Inggris”.

Dengan tambahan jawaban seperti itu aku pasti dapat mengembalikan kekonsistenan jawabanku ke jawabanku untuk pertanyaan no. 1, perihal ketertarikanku terhadap posisi ini.
Tips: jangan sampai terbawa suasana yaaaa.... supaya jawabannya tidak seperti aku... T T


Pertanyaan 4. Kamu sudah melamar ke mana saja?
Yang kuingat hanyalah perusahaan-perusahaan yang kudaftar berbarengan dengan perusahaan tersebut ketika job Fair. Perusahaan-perusahaan yang aku harapkan. Dan kebetulan jawabanku tidak ada yang perbankan (padahal aku juga mendaftar ke perbankan syariah hanya saya itu lamaran inisiatif dan bukan karena memang ada lowongan, karena itu aku tidak begitu mengharapkan respon dari bank-bank syariah ituu....).

Nah kan tidak sinkron dong. Kataku ingin melamar di bank syariah, tapi di pertanyaan ini malah yang kusebutkan sama sekali tidak ada yang bank syariah.
Tak tahu deh nanti HRDnya berpikir apa. Untuk yang ini aku tidak bisa melihat apakah nilaiku + atau -.


Pertanyaan 5. Kenapa kamu ambil jurusan ini di Perguruan Tinggi?
Jujur ini seperti pertanyaan yang paling konyol ditanyakan di wawancara kerja, menurutku. Pertanyaan ini sudah puluhan kali ditanyakan ketika kita BARU SAJA MASUK KULIAH kaaaan.... lalu kenapa aku menemukannya lagi di sini? Aku masih belum mendapatkan jawabannya.

Akan tetapi pertanyaan ini cukup sinkron dengan jawabanku yang pertama. Bahwa aku menyukai Bahasa Inggris, sementara diketahui bahwa jurusanku Perbankan Syariah (Akuntansi). Dan dengan polosnya kau menjawab seperti ketika 4 tahun lalu aku ditanyai pertanyaan yang sama. Tidak kurang dan lebih dikit. Hanya kutambahi bahwa aku masih bisa belajar Bahasa Inggris meskipun jurusanku bukan itu.

Sayangnya aku juga mengungkapkan kronologis kenapa aku bisa jatuh di jurusan Akuntansi, padahal aku anak IPA ketika SMA. Jawaban bahwa aku condong ke Sastra Inggris akan tetapi sayangnya aku keterimanya di jurusan yang lain. Kan terkesan aku seolah masih menyalahkan takdir...  T T

Sebaiknya juga ditambahi kalimat seperti; “Meski demikian saya tetap bersyukur kuliah di jurusan ini karena banyak hal yang dapat saya pelajari, jurusan Akuntansi program studi Perbankan Syariah membuka mata saya tentang dunia jauh lebih luas. Sehingga yang saya tahu tidak hanya ilmu-ilmu pasti seperti grammar, akan tetapi juga tentang kondisi di dunia nyata.”

Nah dengan tambahan paragraf tersebut kan dapat mengakhiri jawaban dengan kesan yang baik. Menjawab secara jujur tapi juga tetap memberikan kesan yang baik.




Hanya itu pertanyaan-pertanyaan yang kuingat. Aku tahu jumlah pertanyaan yang dilontarkan kepadaku termasuk sedikit, karena aku memang menghabiskan waktu wawancara paling singkat di antara keempat kawanku yang lainnya. Entah aku yang sudah menjawab panjang dan detil sehingga mereka merasa tidak ada pertanyaan lagi, atau mereka memang kurang tertarik terhadapku, atau bapaknya sudah terlanjur sakit hati kepadaku sehingga sedikitpun tidak melontarkan pertanyaan kepadaku. Entahlah.

Atau mungkin si bapak tambah kesal karena aku sama sekali tidak memandangnya, maklum aku tidak terbiasa memandang ikhwan, jadi ketika aku menjawab pun mataku seperti terpaku kepada si mbak. Haduh, maaf Paaaakkkkk... T T. Saya tidak bermaksud mengacuhkan Andaaaaa....

Oh jangan lupa ucapkan terima kasih dan senyum di akhir sesi yaaa....
Ketika wawancara tangan juga di bawah meja. Duduk tegak, jangan bersandar (kayak bos aja) atau duduk membungkuk (seperti orang yang merendah diri atau sedang santai). Itu bisa dianggap tidak sopan lhooo.....


N.B.:  Saya juga sudah membaca tentang beberapa tips jawaban-jawaban dalam wawancara yang memiliki jawaban berkualitas tinggi. Hati-hati, jika kamu tidak sanggup mengatakannya karena itu kurang linier dengan hati kamu, maka jawablah sesuai diri kamu sendiri, nah cara mengatasinya adalah menutup jawaban kamu dengan pernyataan-pernyataan akhir yang memberikan kesan positif. Sehingga jawaban-jawaban kamu tidak akan menjatuhkan kamu.

Aku pribadi tidak bisa bilang “Seumpama saya diterima di sini, saya berencana menetap di perusahaan ini” atau “Saya yakin saya bisa bekembang di sini” karena meskipun itu adalah kalimat keyakinan yang positif, untuk mengatakannya memang butuh kekuatan mental yang teguh. Jika tidak teguh, jika menjawabnya dengan agak ragu, bisa-bisa kan dicap pembual....


Sehingga ketika ditanya kenapa tidak melamar di perbankan, aku tetap mengatakan dengan jujur, dan sebagai penutup aku harus tetap menyampaikan ketertarikanku tanpa melebih-lebihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar